I. PENGERTIAN
Kanker ovarium adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan ovarium yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. ( WHO )
II. ETIOLOGI
Penyebab secara pasti dari kanker ovarium belum dapat diketahui secara pasti, namun beberapa keadaan yang dapat meningkatkan kejadian kanker ovarium antara lain :
- Tidak menikah
- Tidak punya atau sedikit anak
- Penggunaan bedak pada daerah kemaluan
- Haid dini dan menoupase terlambat
- Terkena radiasi
- Riwayat keluarga penderita kanker ovarium
Di samping itu ada beberapa keadaan yang justru dapat menurunkan kejadian kanker ovarium, seperti:
§ Pernah hamil dan punya anak
§ Menggunakan pil kontrasepsi
§ Sterilisasi
III. MANIFESTASI KLINIK
Tanda-tanda dan gejala yang sering timbul pada ca ovarium antar lain:
- Haid tidak teratur
- Ketegangan menstruasi yang terus meningkat
- Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara
- Menopouse dini
- Rasa tidak nyaman pada obdomen
- Dispepsia
- Tekanan pada pelvis, dan
- Sering berkemih
IV. PENCEGAHAN
Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberikan hasil yang baik dengan kompliukasi yang minimal. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi :
- Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya.
- Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah.
- Pemeriksaan petanda tumor ( tumor marker )
- Pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu.
Pemeriksaan tersebut diatas sangat dinjurkan terutama terhadap wanita yang mempunyai resiko akan terjadi kanker ovarium, yaitu :
- Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopause lebih lambat
- Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil
- Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
- Wanita penderita kanker payudara dan kolon
V. PENGOBATAN
Pengobatan ovarium tergantung dari stadiumnya dan stadium kanker ovarium baru bisa ditentukan setelah dilakukan operasi ( ”Staging Laparotomy” ). Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja ( stadium 1-A dan I-B dengan derajat diferensiasi sel yang baik/ sedang ) yang tidak memerlukan lebih dari satu jenis kemoterapi (kombinasi) untuk mendapatkan hasil pengobatan yang baik. Kemoterapi umumnya diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhdap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler. Kadang-kadang kemoterapi lini pertama tidak memberikan respon terhadap penyakit sehingga diganti dengan kemoterapi lini kedua dengan konsekwensi biaya yang lebih tinggi.
Walaupun penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatanya sampai dengan saat ini belum mengembirakan termasuk pengobatan termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun ( ” 5 Years survival rate ” ) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan sebagian besar penderita ( 60-70% ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut juga dengan ” silent killer ”
VI. WASPADAI KISTA
Sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Biasanya kista ovarium tak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama. Gejalanya sangat bervariasi dan tak spesifik.
Gangguan pada stadium awal adalah gangguan haid. Jika tumor sudah menekan rektum (kandung kemih), mungkin terjadi konstipasi (sering berkemih). Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri saat berhubungan badan.
Pada stadium lanjut gejalanya berhubungan dengan adanya asites (penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ-organ di dalam rongga perut lainnya. Seperti usus dan hati, perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar, dan buang air kecil. Penumpukan cairan juga bisa terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas.
Bila seorang wanita diketahui terkena kista ovarium, ia harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan sifat atau tingkat keganasan kista tersebut. Waspadai kista yang bersifat ganas. Ciri-cirinya sebagai berikut:
1. kista cepat membesar.
2. kista pada usia remaja atau pascamenopause.
3. kista dengan dinding yang tebal dan tak beraturan.
4. kista dengan bagian yang padat.
5. tumor padat pada ovarium
Pemeriksaan lanjut untuk memperkuat dugaan keganasan (kanker ovarium) antara lain pemeriksaan USG dengan Doppler. Tujuannya untuk menentukan arus darah. Diperlukan pula pemeriksaan CT-Scan atau MRI. Pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan untuk menunjang diagnosis seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta HCG, dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan itu belum bisa memastikan diagnosis kanker, hanya untuk pegangan dalam tindakan operasi.
Rohani Heni, Purnamasari ely (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung RS Harapan Kita, Jakarta .
C Long Barbara (1996). Keperawatan Medikal Bedah, Yayasan IAPK. Pajajaran Bandung, Bandung .
Jan Tambayong (2000). Patofisiologi Untuk Perawat, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar